Rabu, 21 Oktober 2015

Pengaruh Aliran Cashflow di Indonesia Terhadap Pertukaran Dolar


Pengertian Cash Flow

Cash flow (aliran kas) merupakan “sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode.
Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan atau investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu
Pertama, fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi awal
Kedua, fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
Ketiga,capital growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang..
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow)
b) Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).
c) Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek.
KETERBATASAN
Cash flow mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain;
a)   Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat tunai.
b)  Perusahaan hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel
c)  Apabila terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibanya.
MANFAAT
Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan sangat berguna bagi beberapa pihak terutama manajement. Diantaranya:
1)  Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
2)  Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3)  Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
4)  Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN
Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.
Faktor Penyebab Menurunnya Nilai Tukar Rupiah
 Konon, menurut ahlinya, nilai tukar rupiah yang terus melemah akhir-akhir murni disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang menyebabkan anjloknya rupiah dapat disebutkan dengan ringkas seperti di bawah ini.
1. Aksi borong dollar yang dilakukan spekulan asing menjelang akhir tahun 2014.
Aksi ini dipicu oleh momen liburan panjang seluruh umat manusia berkaitan dengan perayaan natal dan tahun baru masehi. Kebutuhan akan Dollar meningkat drastis. Para pelaku dunia usaha atau orang berduit yang ingin berlibur atau pulang kampung tentu lebih memilih dollar untuk pegangan mereka. Di belahan bumi manapun mereka berada, Money changer gampang ditemukan untuk menukar dollar mereka ke mata uang negara tujuan. Lha, kalau mereka pegang rupiah, emang bisa ditukar di Suriah? Wong ISIS saja membayar serdadu bayaran mereka dengan Dollar, kok.
2. Kebijakan moneter Eropa dan Jepang yang melemahkan Euro dan Yen.
Menurut BI, sepanjang tahun 2014, euro melemah 13 persen dan yen melemah 12 persen. kebijakan moneter (quantitative easing/QE) diambil  agar pasar mata uang pemakai euro dan yen lebih kompetitif.
Imbasnya, kondisi ekonomi negara-negara berkembang menjadi tak stabil dan mata uang mereka cenderung melemah. Wajar, ibarat film, rupiah hanyalah figuran semata, bukan pemeran utama dalam film perekonomian dunia. Masalah lainnya, kita agak susah mencari sutradara perekonomian yang sekelas hollywod. Kalaupun ada, eh malah skenarionya yang berkelas Bollywod, bukan Hollywod. Kecenderungan pemirsa kita sih memang  pada bollywod. Makanya gampang menampilkan adegan tak bermutu yang melenceng jauh dari skenario kelas bintang dua, sementara air mata para konsumen sudah terkuras habis, maksudnya harga kadung meningkat. Hiks...
3. Menguatnya Dollar sebagai imbas membaiknya data ekonomis Paman Sam dan keinginan AS menaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Menurut Chief Economist & Strategic Investment IGIco Advisory Martin Panggabean, kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap tingginya capital outflow. Martin menganjurkan agar pemerintah tetap konsisten menerapkan penggunaan rupiah dalam negeri dan menjaga volatilitas rupiah pada transaksi antarbank dari serangan spekulan.
Cara lain yang disarankan oleh Martin adalah menggenjot produksi pangan. Pendapat Martin ini memang sangat masuk akal. Jika pemerintah hanya sibuk menjaga stabilitas rupiah dengan berbagai cara, tapi melupakan hajat hidup orang banyak seperti kesediaan pangan, dapat dipastikan rupiah akan terus melemah. Sebab, kita harus impor pangan terus dari negara tetangga sebagai dampak el nino. Sekali lagi, impornya dihargai dengan mata uang asing, bukan rupiah!
Selain faktor eksternal di atas. Dikutip dari berbagai sumber, ada faktor internal yang menodorong semakin lemahnya rupiah.
1. Kecenderungan perusahaan dalam negeri membayar utang dalam bentuk dollar.  
Misalnya beli sapi India. Perusahaan asal india yang mengimpor  sapi ke Indonesia lebih suka dibayar dengan dollar dari pada dengan rupee, apalagi dengan rupiah. Dollar akhirnya laris manis dan stok berkurang. Kurs beli dollar menguat, sedangkan kurs jual rupiah melemah. Ibarat buah-buahan, kalau sudah  membajiri pasaran harganya memang cenderung melemah. Prinsip pedagang, dari pada merugi atau membusuk, mending mangganya di jual murah.
2. Produk impor membanjiri pasaran, sementara ekspor negara kita agak rendah.
Negara mengalami devisit perdagangan, akibatnya nilai tukar rupiah melemah. Celakanya, kita tak bisa mengurangi ketergantungan terhadap barang impor. Apalagi jika sudah berkaitan dengan bahan baku suatu industri, katakanlah suku cadang kendaraan bermotor. Kita masih impor dari Jepang dan Korea Selatan, bahkan kita juara empat soal impor suku cadang otomatif yang dibuat oleh Thailand. 
Yang sangat disayangkan pemerintah lebih suka mengucurkan dana untuk membangun infrastruktur berbiaya tinggi seperti jalan tol, pelabuhan dan sebagainya. Sisi baiknya memang membuat geliat ekonomi rakyat meningkat, interkoneksi antar wilayah lebih mendukung. Masalahnya pergerakan ekonomi tadi, dalam kondisi sekarang,  jelas sangat sedikit  manfaatnya jikalau  rupiah terperosok terlampau dalam. Malah mendorong inflasi makin meninggi.
3. Aktivitas perusahaan asing membayar dividen dalam bentuk dollar ke negara tujuan.
Seandainya ada aturan yang memproteksi dividen dengan dollar, tapi disesuaikan dengan negara tujuan, di mana dividen dibayar dengan mata uang negara pemegang saham, mungkin rupiah tidak akan fluktuatif tiap semester.  Problemnya, pemegang saham mana yang setuju laba mereka dibayar dengan kurs mata uang yang menjadi figuran semata seperti rupiah?
Dari uraian singkat di atas, dapatlah kita katakan bahwa banyak sekali faktor yang menyebabkan anjloknya rupiah. Konflik di Timur-Tengah, ledakan di Tianjin, wacana perang dunia ke-3 di semenanjung Korea, ulah spekulan dan pialang saham, sampai kondisi perpolitikan di tanah air serta kinerja pemerintahan yang kurang memuaskan, adalah pemicu lain dari anjloknya nilai tukar rupiah. Itulah resiko yang harus diterima rupiah kalau terus menjadi figuran semata.  Tinggal pemerintah sekarang yang berpikir bagaimana caranya agar suatu hari kelak rupiah bisa menjadi pemeran utama dipanggung perekonomian dunia. Semua itu tergantung dari sutradara dan penulis skenarionya. Saya mah penonton setia, siap bayar tiket di tahun 2019 asal  semua yang ditayangan berkelas. 
Kesimpulan :
Jadi hubungan antara aliran cash flow terhadap dolar adalah kecenderungan perusahaan dalam negri untuk membeli atau mengimpor barang dalam bentuk dolar sehingga aktifitas aliran dana perusahaan harus di konversikan dalam bentuk dolar sehingga permintaan akan mata uang dolar akan tinggi sehingga mendapatkan apresiasi sehingga permintaan mata uang dalam negri menurun sehingga menyebabkan depresinya mata uang rupiah.
Sumber : 
1.https://ilmumanajemen.wordpress.com/2007/05/24/manajemen-keuangancash-flow/
 2.http://www.kompasiana.com/erwinalwazir/penyebab-anjloknya-mata-uang-figuran-rupiah_55dcc457f97a610a0f3e72fd
3.https://www.academia.edu/12091435/Faktor-faktor_yang_Menyebabkan_Melemahnya_Nilai_Tukar_Rupiah