Sebagai Negara Agraris peran
industry dalam menopang perekonomian Indonesia kurang memiliki sejarah yang
berarti. Hanya beberapa bagian dari seluruh masyarakat Indonesia yang
ikut berkecimpung dalam sektor ini, khususnya pada sektor pertanian dan
perkebunan yang memiliki nilai lebih untuk Negara ini dibandingkan Negara
Negara lain.
Sebagai
Negara agraris sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengembangkan sektor
pertanian maupun perkebunan melebihi sektor sektor lain karna hal ini dapat membuat
brand bagi negara kita sebagai mana jepang yang terkenal dengan industry
otomitif dan elektroniknya dan juga slandia baru dengan industry susu dan keju.
Akan tetapi pada dasarnya peran pada sektor ini tidak terlalu besar sebagai
contoh para pengerajin ukiran patung pada dasarnya hanya akan membuat patung
hanya untuk mencari penghasilan tambahan atau hanya sekedar mencari pekerjaan
sambilan saja, atau mereka membuat patung hanya untuk kegiatan kegiatan yang
bersifat kebudayaan atau keagamaaan, mereka tidak berfikir bahwa dari kerajinan
yang mereka buat itu mereka dapat menghasillkan barang yang bersifat komersil.
Hal
ini sangat bertolak belakang jika kita membandingkannya dengan industry
manufaktur yang dapat dengan sangat mudah tumbuh dan berkembang baik hampir di
setiap daerah di Indonesia. jadi hal itu sudah sangat berubah dari saat ini
atau masa sekarang pertanian dan perkebuana tidak mendapatkan respek yang
mendalam namun manufakturinglah yang di unggulkan.
Pada Dasarnya perindustrian dapat
dibagi menurut jumlah tenaga kerja, tingkat produksi dan jenis kegiatannya.
·
Penggolongan industri menurut jumlah tenaga
kerja
(a) Industri kecil : industri yang
menggunakan tenaga kerja kurang dari 10 orang, misalnya industri rumah tangga.
(b) Industri menengah : industri yang
menggunakan tenaga kerja antara 10 – 50 orang. Modal usahanya sudah besar,
misalnya dalam bentuk CV dan PT.
(c) Industri besar : industri yang
menggunakan lebih dari 50 orang, dan antara pemimpin perusahaan dan karyawannya
tidak saling mengenal. Modal usaha jauh lebih besar dan penjualan hasil
produksinyapun lebih luas.
Penggolongan industri menurut tingkat produksi
(a) Industri berat : penggunaan mesin
untuk produksi alat-alat berat.
(b) Industri ringan : Penggunaan
mesin untuk memproduksi barang jadi.
(c) Industri dasar : Industri yang menggunakan
mesin-mesin untuk memproduksi bahan baku atau bahan pendukung bagi indutri
lainnya.
(d) Industri rumah tangga :Industri yang
menghasilkan kerajinan tangan.
·
Penggolongan industri menurut jenis
kegiatannya.
(a) Aneka industry : Industri yang
menghasilkan macam-macam barang keperluan masyarakat.
(b) Industri logam dasar : Mengolah
logam dan produksi dasar.
(c) Industri kimia dasar : Mengolah
bahan mentah menjadi bahan baku.
(d) Industri kecil :Industri dengan jumlah
tenaga kerja dan modal sedikit dengan teknologi sederhana.
Perkembangan dan Penerapan Industri di Indonesia
Perkembangan industri melibatkan
berbagai penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Indonesia, kegiatan
pembangunan ditunjang oleh tumbuhnya berbagai jenis industri dengan berbagai
jenis kegiatan
·
Aneka
Industri
Bidang ini mempunyai peranan yang cukup
besar dalam pembangunan industri secara keseluruhan, yakni dapat menjadi
penghubung antara industri hulu dan industri hilir. Industri hulu adalah
industri yang memproduksi bahan baku dan bahan penolong untuk keperluan
industri lainnya. Contohnya : industri besi, baja, pemintalan, dan lain-lain.
Sedangkan industri hilir adalah industri yang memakai bahan dasar dari hasil
industri hulu untuk memproduksi baran yang siap dipakai konsumen.
Di Indonesia, aneka industri
memanfaatkan teknologi yang lebih sederhana dan memperluas kesempatan kerja,
sehingga disini dapat menyerap tenaga kerja. Jadi, dengan aneka industri,
pembangunan Indonesia dapat maju bahkan berghasil memproduksi barang ekspor.
·
Industri Logam Dasar
Perkembangan industri ini berkembang
pesat. Kenyataan ini menyebabkan industri dasar mempunyai peran yang cukup
besar dalam proses industrialisasi.
·
Industri Non Manufakturing
Industri-industri yang bergerak di
bidang ini ialah industri pariwisata, industri pertambangan dan penggalian,
serta pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Dalam hal ini, berarti
industri-industri seperti itu juga akan mampu memberikan kontribusi bagi devisa
negara. Karena hasilnya pun dapat dijadikan sebagai komoditi ekspor. Oleh
karenanya, industri ini menjadi sangat penting, bahkan memiliki peranan yang
sangat berarti bagi perekonomian negara. Namun, banyak negara juga tidak
memiliki potensi ini. Di Indonesia pertambangan dan pertanian menjadi sub
terpenting mengingat mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani
(negara agraris). Itulah yang menyebabkan industri di Indonesia semakin
beragam.
Industrialisasi dan Perekonomian di Indonesia
Sekarang ini, banyak negara-negara di
dunia terus berupaya untuk menumbuhkan ekonominya. Langkah yang diambil yaitu dalam
masalah industri. Industri memang menjadi faktor fenomenal untuk menunjang
perdagangan. Mereka saling bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar global.
Karena di dalam pasar global itu sendiri terjadi perdagangan bebas dari dan
tentang suatu negara. Salah satu hal yang mendukung ialah sektor
industrialisasi.
Globalisasi dirasa lebih menguntungkan
negara-negara maju. Karena di negara-negara majulah berbaai bidang termasuk
industri mengalami kemajuan, berbeda dengan di negara berkembang. Mungkin dari segi
kualitas dan kuantitas hasil produksinya saja jauh lebih baik dari negara maju.
Menurut Robert Hutton, ia mengatakan industri adalah bagian terpenting bagi
perekonomian di Eropa. Jepang misalnya, produksi otomotif dan elektroniknya
mampu menembus pasaran dunia, begitu juga Korea dan Cina. Mereka berkembang
menjadi negara industri.
Dalam perkembangan selanjutnya,
negara-negara berkembang mulai mengikutsertakan diri dalam aspek tersebut.
Tidak hanya ekonomi yang dibangun dari sektor non industri, tapi mereka telah
jauh melangkah mengupayakan terciptanya industri yang fleksibel. Dalam arti
mampu meningkatkan daya saing di pasaran. Sehingga negara berkembang pun tidak
dengan mudah mengikuti arus global saja. Namun, mereka mampu berkompetisi
dengan baik.
Lalu bagaimana bangsa kita dalam
merespon hal tersebut. Apakah bangsa Indonesia juga telah mempersiapkan dengan
matang segala sesuatu yang berkenaan dengan perekonomian bangsa? Bila kita
melihat di masa Orde Baru terjadi krisis ekonomi berkepanjangan, bahkan
rentetannya sampai pada krisis multidimesional. Sehingga krisis ini mampu
menjadikan ekonomi bangsa tidak stabil. Sebenarnya itu adalah masalah yang
perlu dibahas dan dicari solusinya.
Saat ini adalah masa-masa sulit bagi
bangsa kita untuk melepaskan dari keterpurukan ekonomi. Globalisasi semakin
membuka kebebasan negara asing dalam memperluas jangkauan ekonominya di
Indonesia, sehingga bila bangsa kita tidak tanggap dan merespon positif, maka
justru akan memperparah situasi ekonomi dan industri dalam negeri.
Sejauh ini pengembangan sektor industri
makin marak, itu sebenarnya tuntutan globalisasi itu sendiri. Di Indonesia,
kota-kota industri mulai berkembang dan menghasilkan barang-barang produksi
yang bermutu. Namun, ada banyak industri pula di Indonesia yang sebagian
sahamnya adalah ahasil investasi asing, bahkan ada juga perusahaan dan industri
yang secara mutlak berdiri dan beroperasi di Indonesia. Mereka (investor),
hanya akan menuai keuntungan dari modal yang ditanamkan. Sehingga, disini
dijelaskan bahwa yang menjalankan dan pengelolaan industri itu ditangani pihak
pribumi, mengapa bisa demikian? Karena bila melihat dari sudut pandang terhadap
keuangan negara atau swasta dalam negeri lemah, yaitu dalam arti kekurangan
biaya pengembangan untuk industri (defisit).
Sebagai contoh saja, industri otomotif
sepertai Astra, Indomobil, New Armada. Pada dasarnya perusahaan-perusahaan itu
hanya merakit dan kemudian menjualnya ke masyarakat. Berarti hal itu dapat
dikatakan bukan hasil karya anak negeri, melainkan modal asing yang ada di
Indonesia.
Untuk itulah, seharusnya bangsa ini
lebih dalam untuk meningkatkan sumber daya manusianya. Dengan demikian dapat
disimpulkan ilmu pengetahuan dan teknologi ialah sarana dalam mengembangkan SDM
termasuk menumbuhkembangkan industrialisasi dan menjalankan perekonomian bangsa
dengan baik.
PERMASALAHAN INDUSTRI DI INDONESIA
Industrialisasi di negara berkembang pada umumnya dilakukan sebagai upaya mengganti barang impor, dengan mencoba membuat sendiri komoditi-komoditi yang semula selalu diimpor. Mengalihkan permintaan impor dengan melakukan pemberdayaan produksi dari dalam negeri. Strategi yang pertama dilakukan adalah pemberlakuan hambatan tarif terhadap impor produk-produk tertentu. Selanjutnya disusul dengan membangun industri domestik untuk memproduksi barang-barang yang biasa di impor tersebut. Ini biasanya dilaksanakan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing yang terdorong untuk membangun industri di kawasan tertentu dan unit-unit usahanya di negara yang bersangkutan, dengan dilindungi oleh dinding proteksi berupa tarif.
Selain itu, mereka juga diberi insentif-insentif seperti keringanan pajak, serta berbagai fasilitas dan rangsangan investasi lainnya. Untuk industri kecil yang baru tumbuh terutama di negara yang sedang berkembang. Industri yang baru dibangun belum memiliki kemampuan yang memadai untuk berkompetisi secara frontal dengan industri mapan dari negara-negara yang sudah maju. Industri negara maju sudah berada di jalur bisnisnya dalam waktu yang sudah lama dan sudah mampu melakukan efisiensi dalam proses-proses produksinya. Mereka mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup tentang optimisasi proses produksi, situasi dan karateristik pasar, serta kondisi pasar tenaga kerja sehingga mereka mampu menjual produk yang berharga murah di pasar internasional tetapi masih tetap bisa menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dibeberapa negara, para produsen domestik mereka tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik tanpa tarif, akan tetapi juga untuk ekspor ke pasar internasional. Hal ini bisa mereka lakukan karena mereka telah mampu menghasilkan produk tersebut dengan struktur biaya yang murah sehingga harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan mampu bersaing di pasar luar negeri, maka banyak pemerintahan negara-negara dunia ketiga yang tertarik dan menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor tersebut.
Perekonomian nasional memiliki berbagai permasalahan dalam kaitannya dengan sektor industri dan perdagangan:
(1) Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan industri teknologi tinggi. Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis impor. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah yang tajam,
(2) Penyebaran industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri yang hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan kondisi geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
(3) Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan impor bahan baku yang tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia, apalgi belum sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional
(4) Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi yang berdaya saing, melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya alam - seperti hasil perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah – seperti pada industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik
(5) Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam bentuk mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
(6) Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih bersifat umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja di masa lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia yang terserap. ketimbang kualitas tenaga manusianya.
Beberapa ahli menilai penyebab utama dari kegagalan Indonesia dalam berindustri adalah karena industri Indonesia sangat tergantung pada impor sumber-sumber teknologi dari negara lain, terutama negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan berindustri.Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini merupakan salah satu faktor tersembunyi yang menjadi penyebab kegagalan dari berbagai sistem industri dan sistem ekonomi di Indonesia. Sistem industri Indonesia tidak memiliki kemampuan pertanggungjawaban dan penyesuaian yang mandiri. Karenanya sangat lemah dalam mengantisipasi perubahan dan tak mampu melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghadapi terjadinya perubahan tersebut. Tuntutan perubahan pasar dan persaingan antar industri secara global tidak hanya mencakup perubahan di dalam corak, sifat, kualitas, dan harga dari komoditas yang diperdagangkan, tetapi juga tuntutan lain yang muncul karena berkembangnya idealisme masyarakat dunia terhadap hak azasi manusia, pelestarian lingkungan, liberalisasi perdagangan, dan sebagainya. Gerak ekonomi Indonesia sangat tergantung pada arus modal asing yang masuk atau keluar Indonesia serta besarnya cadangan devisa yang terhimpun melalui perdagangan dan hutang luar negeri.
Kebijakan yang telah secara berkelanjutan ditempuh tersebut, teramati tidak mampu membawa ekonomi Indonesia menjadi makin mandiri, bahkan menjadi tergantung pada:
a.
ketergantungan kepada pendapatan ekspor,
b.
ketergantungan pada pinjaman luar negeri,
c.
ketergantungan kepada adanya investasi asing,industri.
Sumber: http://cs0506.wordpress.com/2010/11/27/perkembangan-industri-di-indonesia/
sumber dokumentasi.
sumber dokumentasi.
http://infoindonesianews.blogspot.com/2011/03/permasalahan-industri-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar